Upload
edita
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Asma SK3
1/24
• Asma
1. Definisi
tidak ada definisi asma yang diterima secara universal; asma dapat dipandang
sebagai penyakit paru obstruktif, difus dengan (1) hiperreaktivitas jalan napas
terhadap berbagai rangsangan dan () tingginya tingkat reversibilitas proses
obstruktif, yang dapat terjadi secara spontan atau sebagai akibat pengobatan.
. !tiologi
"ecara umum faktor risiko asma dipengaruhi atas factor genetik dan faktor
lingkungan.
1. #aktor $enetik
a. Atopi%alergi
&al yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. 'enderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat yang juga alergi. Dengan adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkial jika terpajan dengan
faktor pencetus.
b. &ipereaktivitas bronkus
"aluran napas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen maupun iritan.
c. enis kelamin
'ria merupakan risiko untuk asma pada anak. "ebelum usia 1 tahun,
prevalensi asma pada anak laki*laki adalah 1,+* kali dibanding anak
perempuan. etapi menjelang de-asa perbandingan tersebut lebih kurangsama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak.
d. as%etnik
e. /besitas
/besitas atau peningkatan 0ody ass 2nde3 (02), merupakan faktor risiko
asma. ediator tertentu seperti leptin dapat mempengaruhi fungsi saluran
napas dan meningkatkan kemungkinan terjadinya asma. eskipun
mekanismenya belum jelas, penurunan berat badan penderita obesitas dengan
asma, dapat memperbaiki gejala fungsi paru, morbiditas dan status kesehatan.
. #aktor lingkungan
a. Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa, serpihan kulit
binatang seperti anjing, kucing, dan lain*lain).
b. Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).
4. #aktor lain
a. Alergen makanan
5ontoh6 susu, telur, udang, kepiting, ikan laut, kacang tanah, coklat, ki-i,
jeruk, bahan penyedap penga-et, dan pe-arna makanan.
b. Alergen obat*obatan tertentu
5ontoh6 penisilin, sefalosporin, golongan beta lactam lainnya, eritrosin,
tetrasiklin, analgesik, antipiretik, dan lain lain.
c. 0ahan yang mengiritasi
8/19/2019 Asma SK3
2/24
Edita Nurdiana Dwiputri 1102014082 FKA SK3 Respirasi
5ontoh6 parfum, household spray, dan lain*lain.
d. Asap rokok bagi perokok aktif maupun pasif
Asap rokok berhubungan dengan penurunan fungsi paru. 'ajanan asap rokok,
sebelum dan sesudah kelahiran berhubungan dengan efek berbahaya yang
dapat diukur seperti meningkatkan risiko terjadinya gejala serupa asma pada
usia dini.e. factor psikologis
emosi dapat memicu gejala pada beberapa anak yang berpenyakit asma.
$angguan emosi dan tingkah laku terkait lebih erat dengan pengendalian asma
yang buruk.
f. 'olusi udara dari luar dan dalam ruangan
g. 'erubahan cuaca
5uaca lembab dan ha-a pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfer yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. "erangan kadang*kadang berhubungan dengan musim, seperti6
musim hujan, musim kemarau, musim bunga (serbuk sari beterbangan).
4. !pidemiologi
Di 2ndonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun hasil penelitian
pada anak sekolah usia 14*1 tahun dengan menggunakan kuesioner 2"AA5
( International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 177+ prevalensi asma
masih ,18, sedangkan pada tahun 994 meningkat menjadi +,8. &asil survei asma
pada anak sekolah di beberapa kota di 2ndonesia (edan, 'alembang, akarta,
0andung, "emarang, :ogyakarta, alang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi
asma pada anak "D ( sampai 1 tahun) berkisar antara 4,tara, a-a engah, a-a imur,
?alimantan 0arat dan "ula-esi "elatan) yang dilaksanakan oleh "ubdit 'enyakit
?ronik dan Degeneratif @ain pada bulan April tahun 99
8/19/2019 Asma SK3
3/24
+. 'atofisiologi dan 'atogenesis
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan
respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.Dengan adanya bahan iritasi atau allergen
otot*otot bronkus menjadi spasme dan at antibodi tubuh muncul ( immunoglobulin ! atau
2g! ) dengan adanya alergi. 2g! di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan 2g! dan
antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan at mediator lainnya. ediator tersebut akan
memberikan gejala asthma.
espon asma terjadi dalam tiga tahap 6 pertama tahap immediate yang ditandai
dengan bronkokontriksi ( 1* jam ); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang
dalam * jam dan terus*menerus *+ jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan
peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
"elama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus.
&al ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi
jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan
Anak yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena
edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.alan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan
http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/Paru%20paru%20dan%20Asmahttp://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2012/04/asma-bronchial.htmlhttp://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/Paru%20paru%20dan%20Asmahttp://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2012/04/asma-bronchial.htmlhttp://diarihidupseorangaku.blogspot.com/
8/19/2019 Asma SK3
4/24
Edita Nurdiana Dwiputri 1102014082 FKA SK3 Respirasi
saturasi 9, sehingga terjadi penurunan p9 ( hipo3ia)."elama serangan astmati, 5/ tertahan
dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis
respiratory dan hypercapnea. ?emudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi
dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan
hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar 5/ dalam darah (hypocapnea)
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. 0erbagai sel inflamasi berperan
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit , makrofag, neutrofil dan sel epitel. #aktor
lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi
saluran napas pada penderita asma. 2nflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada
asma intermiten maupun asma persisten. 2nflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk
asma seperti asma alergik, asma nonalergik, asma kerja dan asma yang dicetuskan aspirin.
INFLAMASI AKUT
'encetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain alergen, virus,
iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang terdiri atas reaksi asma tipe cepat
dan pada sejumlah kasus diikuti reaksi asma tipe lambat.
Reaksi Asma Tipe Cepat
Alergen akan terikat pada 2g! yang menempel pada sel mast dan terjadi degranulasi sel
mast tersebut. Degranulasi tersebut mengeluarkan preformed mediator seperti histamin,
protease dan newly generated mediator seperti leukotrin, prostaglandin dan 'A# yang
menyebabkan kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus dan vasodilatasi.
Reaksi Fase Lambat
eaksi ini timbul antara *7 jam setelah provokasi alergen dan melibatkan pengerahan
serta aktivasi eosinofil, sel 5DB, neutrofil dan makrofag.
INFLAMASI KRONIK
0erbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik. "el tersebut ialah limfosit ,
eosinofil, makrofag , sel mast, sel epitel, fibroblast dan otot polos bronkus.
Limfosit T
@imfosit yang berperan pada asma ialah limfosit *5DB subtipe h). @imfosit ini
berperan sebagai orchestra inflamasi saluran napas dengan mengeluarkan sitokin antara lain
2@*4, 2@*,2@*+, 2@*14 dan $*5"#. 2nterleukin* berperan dalam menginduksi h9 ke arah
h dan bersama*sama 2@*14 menginduksi sel limfosit 0 mensintesis 2g!. 2@*4, 2@*+ serta
$*5"# berperan pada maturasi, aktivasi serta memperpanjang ketahanan hidup eosinofil.
Epitel
"el epitel yang teraktivasi mengeluarkan a.l 1+*&!!, '$! pada penderita asma. "el
epitel dapat mengekspresi membran markers seperti molekul adhesi, endothelin, nitric oxide
synthase, sitokin atau khemokin.
!pitel pada asma sebagian mengalami sheeding . ekanisme terjadinya masih
diperdebatkan tetapi dapat disebabkan oleh eksudasi plasma, eosinophil granule
protein, oxygen free-radical , C#*alfa, mast-cell proteolytic enzym dan metaloprotease sel
epitel.
EOSINOFIL
!osinofil jaringan (tissue eosinophil) karakteristik untuk asma tetapi tidak spesifik.
!osinofil yang ditemukan pada saluran napas penderita asma adalah dalam keadaan
teraktivasi. !osinofil berperan sebagai efektor dan mensintesis sejumlah sitokin antara lain
2@*4, 2@*+, 2@*, $*5"#, C#*alfa serta mediator lipid antara lain @5 dan 'A#.
8/19/2019 Asma SK3
5/24
"ebaliknya 2@*4, 2@*+ dan $*5"# meningkatkan maturasi, aktivasi dan memperpanjang
ketahanan hidup eosinofil. !osinofil yang mengandung granul protein ialah eosinophil
cationic protein (!5'), major basic protein (0'), eosinophil peroxidase (!'/)
dan eosinophil derived neurotoxin (!DC) yang toksik terhadap epitel saluran napas.
Sel Mast
"el mast mempunyai reseptor 2g! dengan afiniti yang tinggi. Cross-linking reseptor 2g!
dengan factorsE pada sel mast mengaktifkan sel mast. erjadi degranulasi sel mast yang
mengeluarkan preformed mediator seperti histamin dan protease serta newly generated
mediators antara lain prostaglandin D dan leukotrin. "el mast juga mengeluarkan sitokin
antara lain C#*alfa, 2@*4, 2@*, 2@*+ dan $*5"#.
Makrofag
erupakan sel terbanyak didapatkan pada organ pernapasan, baik pada orang normal
maupun penderita asma, didapatkan di alveoli dan seluruh percabangan bronkus. akrofag
dapat menghasilkan berbagai mediator antara lain leukotrin, 'A# serta sejumlah sitokin.
"elain berperan dalam proses inflamasi, makrofag juga berperan pada regulasi airwayremodeling 'eran tersebut melalui a.l sekresi growth-promoting factorsuntuk fibroblast,
sitokin, 'D$# dan
$#*b.
AIRWAY REMODELING
'roses inflamasi kronik pada asma akan meimbulkan kerusakan jaringan yang secara
fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing process) yang menghasilkan
perbaikan (repair) dan pergantian selsel mati%rusak dengan sel*sel yang baru. 'roses
penyembuhan tersebut melibatkan regenerasi%perbaikan jaringan yang rusak%injuri dengan
jenis sel parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak%injuri dengan jaringan
peyambung yang menghasilkan jaringan skar. 'ada asma, kedua proses tersebut berkontribusi
dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan perubahan
struktur yang mempunyai mekanisme sangat kompleks dan banyak belum diketahui dikenal
dengan airway remodeling ekanisme tersebut sangat heterogen dengan proses yang sangat
dinamis dari diferensiasi, migrasi, maturasi, dediferensiasi sel sebagaimana deposit jaringan
penyambung dengan diikuti oleh restitusi%pergantian atau perubahan struktur dan fungsi yang
dipahami sebagai fibrosis dan peningkatan otot polos dan kelenjar mukus.
'ada asma terdapat saling ketergantungan antara proses inflamasi dan remodeling .
2nfiltrasi sel*sel inflamasi terlibat dalam proses remodeling, juga komponen lainnya seperti
matriks ekstraselular, membran retikular basal, matriks interstisial, fibrogenic growth factor , protease dan inhibitornya, pembuluh darah, otot polos, kelenjar mukus.
Perubahan struktur yan ter!adi "
• #ipertr$% dan hiperp&asia $t$t p$&$s !a&an napas
• #ipertr$% dan hiperp&asia ke&en!ar 'u(us
• Peneba&an 'e'bran reti(u&ar basa&
• Pe'bu&uh darah 'eninkat
• )atriks ekstrase&u&ar *unsinya 'eninkat
• Perubahan struktur parenki'
• Peninkatan fbrogenic growth actor 'en!adikan %br$sis
8/19/2019 Asma SK3
6/24
Edita Nurdiana Dwiputri 1102014082 FKA SK3 Respirasi
$ambar +. 'erubahan struktur pada airway remodeling dan konsekuensi klinis
Dari uraian di atas, sejauh ini air-ay remodeling merupakan fenomena sekunder dari
inflamasi atau merupakan akibat inflamasi yang terus menerus (longstanding inflammation).
?onsekuensi klinis airway remodeling adalah peningkatan gejala dan tanda asma seperti
hipereaktiviti jalan napas, masalah distensibiliti%regangan jalan napas dan obstruksi jalan
napas. "ehingga pemahaman airway remodeling bermanfaat dalam manajemen asma
terutama pencegahan dan pengobatan dari proses tersebut.
!emikiran baru mengenai patogenesis asma dikaitkan dengan terjadinya Airway
remodeling Disadari lingkungan sangat berpengaruh pada terjadinya ataupun perburukan asma.
'eningkatan kekerapan asma adalah akibat perubahan lingkungan yang beraksi pada genotip
asma baik sebagai induksi berkembangnya asma atau memperburuk asma yang sudah terjadi.
Di samping itu dipahami terjadinya kerusakan epitel dan perubahan sifat epitel bronkus pada
asma seperti lebih rentan untuk terjadinya apoptosis akibat oksidan, meningkatnya
permeabiliti akibat pajanan polutan, meningkatnya penglepasan sitokin dan mediator
inflamasi dari epitel akibat pajanan polutan, yang berdampak pada proses inflamasi
dan remodeling .
"tudi pada binatang percobaan mendapatkan bah-a injuri sel epitel menghasilkan
penglepasan mediator proinflamasi yang bersifat fibroproliferasi dan profibrogenic growth
factors terutama $#*b dan familinya (fibroblast gro-th factor, insulin gro-th factor,
endothelin*1, platelet*derived gro-th factor, dan sebagainya) yang berdampak pada
remodeling. Dari berbagai mediator tersebut, "#$-b adalah paling paling penting karena
mempromosi diferensiasi fibroblas menjadi miofibroblas yang kemudian akan mensekresi
kolagen interstisial % sedangkan mediator% growth factor lainnya sebagai mitogen otot polos
dan sel endotel. $#*b dan efeknya pada fibroblas dan miofibroblas dimulai pada sel epitel
dan diteruskan ke submukosa. ?omunikasi antara sel*sel epitel dan sel*sel mesenkim tersebut
dikaitkan dengan perkembangan embriogenik jalan napas mendatangkan pikiran adanya
epithelial mesenchymal tropic unit (!>) yang tetap aktif setelah lahir atau menjadi
reaktivasi pada asma dan menimbulkan remodeling jalan napas pada asma. 0erdasrkan
8/19/2019 Asma SK3
7/24
pemikirantersebut, inflamasi dan remodeling yang terjadi pada asma adalah konsekuensi dari
peningkatan kecenderungan injuri, kelemahan penyembuhan luka atau keduanya.
eori &* dan !>
eori lingkungan, terjadinya remodeling pada asma serta tidak cukupnya sitokin
proinflamasi untuk menjelaskan remodeling tersebut dan percobaan binatang yang
menunjukkan peran !> mendatangkan pemikiran baru pada patogenesis asma
Dipahami asma adalah inflamasiFkronik jalan napas melalui mekanisme h*. Akan tetapi
berbagai sitokin yang merupakan hasil aktivasi h* (sitokin 2l*14, 2l*) yang dianggap
berperan penting dalam remodeling adalah berinteraksi dengan sel epitel mediatornya dalam
menimbulkan remodeling "itokin proinflamasi tersebut tidak cukup kuat untuk
menghasilkan remodeling tetapi .interaksinya dengan sel epitel dan mediatornya adalah
mekanisme yang dapat menjelaskan terjadinya airway remodeling pad aasma. "ehingga
dirumuskan suatu postulat bah-a kerusak sel epitel dan sitokin*sitokin &* beraksi
bersama*sama dalam menimbulkan gangguan fungsi !> yang menghasilkan aktivasimiofibroblas dan induksi respons inflamasi dan remodeling sebagai karakteristik asma
kronik.
+a'bar ,- .nteraksi /h2 dan E)/ pada pat$enesis as'a
8/19/2019 Asma SK3
8/24
Edita Nurdiana Dwiputri 1102014082 FKA SK3 Respirasi
$ambar . 2nflamasi dan remodeling pada asma
1. anifestasi ?linis
anda dan gejala asma antara lain6
1. Capas pendek
. 'engetatan pada otot dada atau rasa sakit pada dada
4. "ulit tidur karena napas pendek, batuk atau napas sengau
. "uara sengau atau siulan ketika bernapas+. 0atuk atau sengau yang memburuk ketika terserang virus pernapasan, seperti pilek dan
flu
anda penyakit asma kronis antara lain6
1. 0ertambahnya tingkat keparahan dan frekuensi dari tanda dan gejala asma
. urunnya rata*rata maksimum aliran napas yang diukur oleh peak flo- meter, peralatan
sederhana yang digunakan untuk memeriksa seberapa baik paru*paru anda bekerja
4. eningkatnya kebutuhan untuk menggunakan bronchodilator G pengobatan yang
membuka jalan napas dengan mengistirahatkan otot*otot saluran pernapasan
1.< DHDD
"tudi epidemiologi menunjukkan asma underdiagnosed di seluruh dunia, disebabkan
berbagai hal antara lain gambaran klinis yang tidak khas dan beratnya penyakit yang sangat
bervariasi, serta gejala yang bersifat episodik sehingga penderita tidak merasa perlu ke
dokter. Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak
napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis
yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan
pengukuran faal paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai
diagnostik.
8/19/2019 Asma SK3
9/24
Alur Diagosis Asma !
RI"A#AT $EN#AKIT % &E'ALA !
1. 0ersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
. $ejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
4. $ejala timbul% memburuk terutama malam% dini hari
. Dia-ali oleh faktor pencetus yang bersifat individu+. espons terhadap pemberian bronkodilator
&al lain yang perlu dipertimbangkan dalam ri-ayat penyakit 6
1. i-ayat keluarga (atopi)
. i-ayat alergi % atopi
4. 'enyakit lain yang memberatkan
. 'erkembangan penyakit dan pengobatan
$EMERIKSAAN 'ASMANI
$ejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani dapat normal. ?elainan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan adalah mengi pada auskultasi. 'ada
8/19/2019 Asma SK3
10/24
Edita Nurdiana Dwiputri 1102014082 FKA SK3 Respirasi
sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal -alaupun pada pengukuran objektif
(faal paru) telah terdapat penyempitan jalan napas. 'ada keadaan serangan, kontraksi otot
polos saluran napas, edema dan hipersekresi dapat menyumbat saluran napas; maka sebagai
kompensasi penderita bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi
menutupnya saluran napas.
&al itu meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis berupa sesak napas,
mengi dan hiperinflasi. 'ada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada -aktu ekspirasi
paksa. Ialaupun demikian mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang
sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara,
takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas
$EMERIKSAAN $ENUN'AN&
() Faal $aru
>mumnya penderita asma sulit menilai beratnya gejala dan persepsi mengenai asmanya ,
demikian pula dokter tidak selalu akurat dalam menilai dispnea dan mengi; sehingga
dibutuhkan pemeriksaan objektif yaitu faal paru antara lain untuk menyamakan persepsi
dokter dan penderita, dan parameter objektif menilai berat asma. 'engukuran faal paru
digunakan untuk menilai6
a. obstruksi jalan napas
b. reversibiliti kelainan faal paru
c. variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperesponsif jalan napas
0anyak parameter dan metode untuk menilai faal paru, tetapi yang telah diterima secara luas
(standar) dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan spirometri dan arus puncak ekspirasi(A'!).
Arus 'uncak !kspirasi (A'!)
Cilai A'! dapat diperoleh melalui pemeriksaan spirometri atau pemeriksaan yang lebih
sederhana yaitu dengan alat peak expiratory flow meter ('!# meter) yang relatif sangat
murah, mudah diba-a, terbuat dari plastik dan mungkin tersedia di berbagai tingkat layanan
kesehatan termasuk puskesmas ataupun instalasi ga-at darurat. Alat '!# meter relatif mudah
digunakan% dipahami baik oleh dokter maupun penderita, sebaiknya digunakan penderita di
rumah sehari*hari untuk memantau kondisi asmanya. anuver pemeriksaan A'! dengan
ekspirasi paksa membutuhkan koperasi penderita dan instruksi yang jelas.
anfaat A'! dalam diagnosis asma
a. eversibiliti, yaitu perbaikan nilai A'! J 1+8 setelah inhalasi bronkodilator (uji
bronkodilator), atau bronkodilator oral 19*1 hari, atau respons terapi kortikosteroid
(inhalasi% oral , minggu)
b. Kariabiliti, menilai variasi diurnal A'! yang dikenal dengan variabiliti A'! harian
selama 1* minggu. Kariabiliti juga dapat digunakan menilai derajat berat penyakit (lihat
klasifikasi)
8/19/2019 Asma SK3
11/24
Cilai A'! tidak selalu berkorelasi dengan parameter pengukuran faal paru lain, di samping
itu A'! juga tidak selalu berkorelasi dengan derajat berat obstruksi. /leh karenanya
pengukuran nilai A'! sebaiknya dibandingkan dengan nilai terbaik sebelumnya, bukan nilai
prediksi normal; kecuali tidak diketahui nilai terbaik penderita yang bersangkutan.
5ara pemeriksaan variabiliti A'! harian
Diukur pagi hari untuk mendapatkan nilai terendah, dan malam hari untuk mendapatkan nilai
tertinggi. ata*rata A'! harian dapat diperoleh melalui cara 6
a. 0ila sedang menggunakan bronkodilator, diambil variasi% perbedaan nilai A'! pagi hari
sebelum bronkodilator dan nilai A'! malam hari sebelumnya sesudah
bronkodilator. 'erbedaan nilai pagi sebelum bronkodilator dan malam sebelumnya
sesudah bronkodilator menunjukkan persentase rata*rata nilai A'! harian. Cilai L 98
dipertimbangkan sebagai asma.
A'! malam * A'! pagi
Kariabiliti harian M ******************************************** 3 199 8
1% (A'! malam B A'! pagi)
b. etode lain untuk menetapkan variabiliti A'! adalah nilai terendah A'! pagi sebelum
bronkodilator selama pengamatan minggu, dinyatakan dengan persentase dari nilai
terbaik (nilai tertinggi A'! malam hari).
5ontoh 6
"elama 1 minggu setiap hari diukur A'! pagi dan malam , misalkan didapatkan A'! pagi
terendah 499, dan A'! malam tertinggi 99; maka persentase dari nilai terbaik (8 of the
recent best) adalah 499% 99 M ji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. 'ada penderita dengan gejala
asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus . 'emeriksaan uji
provokasi bronkus mempunyai sensitiviti yang tinggi tetapi spesifisiti rendah, artinya hasil
negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma persisten, tetapi hasil positif tidak selalu berarti bah-a penderita tersebut asma. &asil positif dapat terjadi pada penyakit lain seperti rinitis
alergik, berbagai gangguan dengan penyempitan jalan napas seperti ''/?, bronkiektasis dan
fibrosis kistik.
.) $egukura Status Alergi
?omponen alergi pada asma dapat diindentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau
pengukuran 2g! spesifik serum. >ji tersebut mempunyai nilai kecil untuk mendiagnosis
asma, tetapi membantu mengidentifikasi faktor risiko% pencetus sehingga dapat dilaksanakan
kontrol lingkungan dalam penatalaksanaan.
8/19/2019 Asma SK3
12/24
Edita Nurdiana Dwiputri 1102014082 FKA SK3 Respirasi
>ji kulit adalah cara utama untuk mendiagnosis status alergi%atopi, umumnya dilakukan
dengan prick test . Ialaupun uji kulit merupakan cara yang tepat untuk diagnosis atopi, tetapi
juga dapat menghasilkan positif maupun negatif palsu. "ehingga konfirmasi terhadap
pajanan alergen yang relevan dan hubungannya dengan gejala harus selalu dilakukan.
'engukuran 2g! spesifik dilakukan pada keadaan uji kulit tidak dapat dilakukan (antara lain
dermatophagoism, dermatitis% kelainan kulit pada lengan tempat uji kulit, dan lain*lain).'emeriksaan kadar 2g! total tidak mempunyai nilai dalam diagnosis alergi% atopi.
/) $emeriksaa ra0iologi
$ambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. 'ada -aktu serangan menunjukan
gambaran hiperinflasi pada paru*paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut6
a. 0ila disertai dengan bronkitis, maka bercak*bercak di hilus akan bertambah.
b. 0ila terdapat komplikasi empisema (5/'D), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.c. 0ila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e. 0ila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru*paru.
1) S2aig paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bah-a redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru*paru.
DIA&NOSIS -ANDIN&
?ebanyakan anak yang mengalami episode batuk dan mengi berulang menderita asma.
'enyebab lain penyumbatan jalan nafas adalah malformasi kongenital, benda asing pada jalan
nafas atau esofagus. 0ronkiolitis infeksius, kistik fibrosis, penyakit defisiensi imunologis,
pneumotitis hipersensitiv, asperigilosus bronkopulmonal alergika dan berbagai keadaan lain
termasuk tuberkulosis endobronkial, jamur dan adenoma bronkus.
8/19/2019 Asma SK3
13/24
Ni&ai dera!at seranan
/ata&aksana awa&
nebu&isasi a$nis 13 se&an 20 'enit 25
nebu&isasi ketia 6 antik$&inerik
!ika seranan berat nebu&isasi- 1 6antik$inerik5
Seranan sedan
nebu&isasi 13
resp$ns parsia&5berikan $ksien 35
ni&ai ke'ba&i dera!at seranan !ika sesuai dn seranan sedan $bser7asi di Ruang Rawat Sehari/observasipasan !a&ur parentera&
ranan rinan
ebu&isasi 13 resp$ns baik e!a&a hi&an5
ser7asi 2 !a'
a e*ek bertahan boleh pulanga e!a&a ti'bu& &ai per&akukan sebaai serangan sedang
Serangan berat
nebu&isasi 3
resp$ns buruk5
se!ak awa& berikan 2 saat 9 di &uar nebu&isasipasan !a&ur parentera&
ni&ai u&an k&inisnya !ika sesuai denan seranan berat rawat di Rua
*$t$ R$nten t$raks
$&eh pu&an
eka&i $bat a$nis hirupan 9 $ra&5
ka sudah ada $bat penenda&i teruskan
ka in*eksi 7irus sb- pen(etus dapat diberi ster$id $ra&
a&a' 2448 !a' k$ntr$& ke K&inik R- ;a&an untuk ree7a&uasi
Rawat Sehari9$bser7asi
teruskan
ster$id $ra&
si tiap 2 !a'
a' 12 !a' perbaikan k&inis stabi& boleh pulang, tetapi !ika k&inis tetap be&u' 'e'baik atau 'eburuk a&ih rawat ke Ruang
Ruan Rawat .nap
$ksien teruskan
atasi dehidrasi dan asid$sis !ika ada
ster$id .< tiap ,8 !a'
nebu&isasi tiap 12 !a'
a'in$%&in .< awa& &an!utkan ru'atan
!ika 'e'baik da&a' 4, nebu&isasi inter7a& !adi 4, !a' !ika da&a' 24 !a' perbaikan k&inis stabi& boleh pulang
!ika denan ster$id dan a'in$%&in parentera& tidak 'e'baik bahkan ti'bu& An(a'an henti na
rut peni&aian seranannya berat nebu&isasi (ukup 1 &ansun denan a$nis 6 antik$&inerik
pat tanda an(a'an henti napas seera ke Ruan Rawat .ntensi* ada a&atnya nebu&isasi dapat dianti denan adrena&in subkutan 001'&9k::9ka&i 'aksi'a& 03'&9ka&i
anan sedan dan teruta'a berat $ksien 24 =9'enit diberikan se!ak awa& ter'asuk saat nebu&isasi
1.= atalaksana
/bat asma dapat dibagi dalam kelompok besar, yaitu obat pereda (reliever) dan obat
pengendali (controller). /bat pereda digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma
jika sedang timbul. 0ila serangan sudah teratasi dan sudah tidak ada lagi gejala maka obat ini
tidak lagi digunakan atau diberikan bila perlu.
?elompok kedua adalah obat pengendali yang disebut juga obat pencegah, atau obat
profilaksis. /bat ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma, yaitu inflamasi kronik saluran nafas. Dengan demikian pemakaian obat ini terus menerus diberikan -alaupun sudah
tidak ada lagi gejalanya kemudian pemberiannya diturunkan pelan * pelan yaitu + 8 setip
penurunan setelah tujuan pengobatan asma tercapai G = minggu.
Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak
K&inik 9 .+D
8/19/2019 Asma SK3
14/24
Edita Nurdiana Dwiputri 1102014082 FKA SK3 Respirasi
1. Anak dengan episode pertama wheezing tanpa distress pernapasan, bisa dira-at di
rumah hanya dengan terapi penunjang. idak perlu diberi bronkodilator . Anak dengan distres pernapasan atau mengalami wheezing berulang , beri salbutamol
dengan nebulisasi atau D2 (metered dose inhaler ). ika salbutamol tidak tersedia, beri
suntikan epinefrin%adrenalin subkutan. 'eriksa kembali anak setelah 9 menit untuk
menentukan terapi selanjutnya6
a. &ika distres pernapasan sudah membaik dan tidak ada napas cepat, nasihati ibu untuk
mera-at di rumah dengan salbutamol hirup atau bila tidak tersedia, beri salbutamol
sirup per oral atau tablet (lihat di ).
b. &ika distres pernapasan menetap, pasien dira-at di rumah sakit dan beri terapi
oksigen, bronkodilator kerja*cepat dan obat lain seperti yang diterangkan di ba-ah.
4. ika anak mengalami sianosis sentral atau tida bisa minum, ra-at dan beri terapi
oksigen, bronkodilator kerja*cepat dan obat lain yang diterangkan di ba-ah.
8/19/2019 Asma SK3
15/24
. ika anak dira-at di rumah sakit, beri oksigen, bronkodilator kerja*cepat dan dosis
pertama steroid dengan segera.
+. espons positif (distres pernapasan berkurang, udara masuk terdengar lebih baik saat
auskultasi) harus terlihat dalam -aktu 9 menit. 0ila tidak terjadi, beri bronkodilator
kerja cepat dengan interval 9 menit.
. ika tidak ada respons setelah 4 dosis bronkodilator kerja*cepat, beri aminofilin 2K.rbason
ablet
mg
1* mg%kg00%hari*tiap jam
'rednison &ostacortin, 'ehacort,
Dellacorta
ablet
+ mg
1* mg%kg00%hari*tiap jam
riamsinolon ?enacort ablet
mg
1* mg%kg00%hari*tiap jam
"teroid 2njeksi 6
Cama $enerik Cama Dagang "ediaan alur Dosis. prednisolon "olu*edrol Kial 1+ mg 2K % 2 1* mg%kg
8/19/2019 Asma SK3
16/24
Edita Nurdiana Dwiputri 1102014082 FKA SK3 Respirasi
suksinat edi3on Kial +99 mg tiap jam
&idrokortison*"uksinat "olu*5ortef
"ilacort
Kial 199 mg
Kial 199 mg
2K % 2 mg%kg00%3
tiap jam
Deksametason /rade3on
?almetason
#ortecortin5orsona
Ampul + mg
Ampul mg
Ampul mgAmpul + mg
2K % 2 9,+*1mg%kg00 bolus,
dilanjutkan 1
mg%kg00%haridiberikan tiap *= jam
0etametason 5elestone Ampul mg 2K % 2 9,9+*9,1 mg%kg00
tiap jam
O-AT $EREDA 5RELIE6ER7
!ronodilator er"a#$epat
0eta Agonis
"A@0>A/@
"albutamol merupakan suatu senya-a yang selektif merangsang reseptor 0 adrenergik
terutama pada otot bronkus. $olongan 0 agonis ini merangsang produksi A' siklik
dengan cara mengaktifkan kerja enim adenil siklase. !fek utama setelah pemberian peroral
adalah efek bronkodilatasi yang disebabkan terjadinya relaksasi otot bronkus. Dibandingkan
dengan isoprenalin, salbutamol bekerja lebih lama dan lebih aman karena efek stimulasi
terhadap jantung lebih kecil maka bisa digunakan untuk pengobatan kejang bronkus pada
pasien dengan penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.
'() Salbutamol *ebulisasi
Alat nebulisasi harus dapat menghasilkan aliran udara minimal *19 @% menit. Alat
yang direkomendasikan adalah jet-nebulizer (kompresor udara) atau silinder oksigen.
Dosis salbutamol adalah .+ mg%kali nebulisasi; bisa diberikan setiap jam, kemudian
dikurangi sampai setiap *= jam bila kondisi anak membaik. 0ila diperlukan, yaitu
pada kasus yang berat, bisa diberikan setiap jam untuk -aktu singkat.
'+) Salbutamol ,I dengan alat spacer
Alat spacer dengan berbagai volume tersedia secara komersial. 'ada anak dan bayi
biasanya lebih baik jika memakai masker -ajah yang menempel
pada spacer dibandingkan memakai mouthpiece. ika spacer tidak tersedia, spacer bisa
dibuat menggunakan gelas plastik atau botol plastik 1 liter. Dengan alat ini diperlukan
4* puff salbutamol dan anak harus bernapas dari alat selama 49 detik.
8/19/2019 Asma SK3
17/24
#unakan alat spacer dan
sungkup wajah untuk
memberi bronkodilator
Spacer dapat dibuat secara
lokal dari botol plastik
minuman ringan
!fek samping O agonist antara lain tremor otot skeletal, sakit kepala, agitasi, palpitasi, dan
takikardi.
!pinefrin (adrenalin) subkutan
ika kedua cara untuk pemberian salbutamol tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin)
subkutan dosis 9.91 ml%kg dalam larutan 161 999 (dosis maksimum6 9.4 ml), menggunakan
semprit 1 ml (untuk teknik injeksi lihat halaman 441). ika tidak ada perbaikan setelah 9menit, ulangi dosis dua kali lagi dengan interval dan dosis yang sama. 0ila gagal, dira-at
sebagai serangan berat dan diberikan steroid dan aminofilin.
Antikolinergik
2pratropium bromida adalah suatu antikolinergik yang merupakan antagonis kompetitif asetilkolin
yang bekerja dengan cara berikatan di reseptor kolinergik sehingga menghambat efek asetilkolin.
eseptor kolinergik yang dihambat adalah reseptor di otot polos dan kelenjar submukosa sehingga
mencegah peningkatan konsentrasi cyclic guanosine monophosphate (cyclic $') intraselular yang
terjadi akibat interaksi asetilkolin dengan reseptor muskarinik pada otot polos bronkus. Dengandemikian dapat menghambat kontraksi otot polos dan mengurangi sekresi kelenjar submukosa saluran
napas.
2pratropium bromida merupakan derivat atropin yang dikenal sebagai kuartener amonium sintetik.
"ecara makroskopik ipratropium bromida adalah at ?ristal putih, sangat larut dalam air dan sedikit
larut dalam alkohol, tapi tidak larut dalam pelarut lipofilik seperti eter, kloroform, dan flurokarbon.
2pratropium bromid tidak menembus sa-ar otak dan mukosa gastrointestinal sehingga efek
sistemiknya minimal yaitu diba-ah 18. eskipun ipratropium bromide memiliki efek bronkodilator
tetapi efek bronkodilatasinya lebih lemah dan a-itan kerjanya lambat bila dibandingkan dengan
agonis beta .
8/19/2019 Asma SK3
18/24
Edita Nurdiana Dwiputri 1102014082 FKA SK3 Respirasi
"eperti umumnya obat bronkodilator, ipratropium bromida mempunyai efek samping mulut kering,
mual, tremor, dan iritasi mata. ?eluhan palpitasi dijumpai pada sebagian kecil pengguna ipratropium
bromida. eskipun ipratropium bromida termasuk derivat atropin tetapi tidak dijumpai efek samping
retensi urin, gangguan penglihatan dan agitasi seperti pada atropin.
)ethy& anthine
!fek bronkodilatasi methyl 3antine setara dengan O agonist inhalasi, tapi karena efek
sampingnya lebih banyak dan batas keamanannya sempit, obat ini diberikan pada serangan
asma berat dengan kombinasi O agonist dan anticholinergick. ethil3anthine cepat
diabsorbsi setelah pemberian oral, rectal, atau parenteral.
1. eofilin
!fek bronkodilatasi teofilin disebabkan oleh antagonisme terhadap reseptor adenosine dan
inhibisi 'D! dan 'D! +. 'emberian teofilin 2 harus dihindarkan karena menimbulkannyeri setempat yang lama. >mumnya adanya makanan dalam lambung akan memperlambat
kecepatan absorbsi teofilin tapi tidak mempengaruhi derajat besarnya absorpsi.
!fek samping obat ini adalah mual, muntah, sakit kepala. 'ada konsentrasi yang lebih tinggi
dapat timbul kejang, takikardi dan aritmia.
. Aminofilin
ika anak tidak membaik setelah 4 dosis bronkodilator kerja cepat, beri aminofilin 2K dengan
dosis a-al (bolus) *= mg%kg00 dalam 9 menit. 0ila = jam sebelumnya telah mendapatkan
aminofilin, beri dosis setengahnya. Diikuti dosis rumatan 9.+*1 mg%kg00%jam. 'emberianaminofilin harus hati*hati, sebab margin of safety aminofilin amat sempit. &entikan
pemberian aminofilin 2K segera bila anak mulai muntah, denyut nadi L1=9 3%menit, sakit
kepala, hipotensi, atau kejang. ika aminofilin 2K tidak tersedia, aminofilin supositoria bisa
menjadi alternatif.
Dosis aminofilin 2K inisial bergantung kepada usia 6
a. 1 G bulan 6 9,+mg%kg00%am
b. G 11 bulan 6 1 mg%kg00%am
c. 1 G 7 tahun 6 1, G 1,+ mg%kg00%am
d. L 19 tahun 6 9,7 mg%kg00%am
%teroid
ika anak mengalami serangan wheezing akut berat berikan kortikosteroid sistemik
metilprednisolon 9.4 mg%kg00%kali tiga kali sehari pemberian oral atau deksametason 9.4
mg%kg00%kali 2K%oral tiga kali sehari pemberian selama 4*+ hari.
?ortikosteroid tidak secara langsung berefek sebagai bronkodilator. /bat ini bekerja
sekaligus menghambat produksi sitokin dan kemokin, menghambat sintesis eikosainoid,
menghambat peningkatan basofil, eosinofil dan leukosit lain di jaringan paru dan
menurunkan permeabilitas vascular.
8/19/2019 Asma SK3
19/24
etilprednisolon merupakan pilihan utama karena kemampuan penetrasi kejaringan paru
lebih baik, efek anti inflamasi lebih besar, dan efek mineralokortikoid minimal. Dosis
metilprednisolon 2K yang dianjurkan adalah 1 mg%kg00 setiap sampai jam. Dosis
&idrokortison 2K mg%kg00 tiap G jam. Dosis de3amethasone bolus 2K 9,+ G 1 mg%kg00
dilanjtkan 1 mg%kg00%hari setiap G = jam.
Antibioti
Antibiotik tidak diberikan secara rutin untuk asma atau anak asma yang bernapas cepat tanpa
disertai demam. Antibiotik diindikasikan bila terdapat tanda infeksi bakteri.
O-AT 8 O-AT $EN&ONTROL
/bat G obat asma pengontrol pada anak G anak termasuk inhalasi dan sistemik
glukokortikoid, leukotrien modifiers, long acting inhaled O*agonist, theofilin, cromones, dan
long acting oral O*agonist.
1. 2nhalasi glukokortikosteroid
$lukokortikosteroid inhalasi merupakan obat pengontrol yang paling efektif dan
direkomendasikan untuk penderita asma semua umur. 2ntervensi a-al dengan penggunaan
inhalasi budesonide berhubungan dengan perbaikan dalam pengontrolan asma dan
mengurangi penggunaan obat*obat tambahan. erapi pemeliharaan dengan inhalasi
glukokortikosteroid ini mampu mengontrol gejala*gejala asma, mengurangi frekuensi dari
eksaserbasi akut dan jumlah ra-atan di rumah sakit, meningkatkan kualitas hidup, fungsi
paru dan hiperresponsif bronkial, dan mengurangi bronkokonstriksi yang diinduksi latihan.
$lukokortikosteroid dapat mencegah penebalan lamina retikularis, mencegah terjadinya
neoangiogenesis, dan mencegah atau mengurangi terjadinya do-n regulation receptor O
agonist. Dosis yang dapat digunakan sampai 99ug%hari (respire anak). !fek samping berupa
gangguan pertumbuhan, katarak, gangguan sistem saraf pusat, dan gangguan pada gigi dan
mulut.
. @eukotriene eceptor Antagonist (@A)
"ecara hipotesis obat ini dikombinasikan dengan steroid hirupan dan mungkin hasilnya lebih
baik. "ayangnya, belum ada percobaan jangka panjang yang membandingkannya dengan
steroid hirupan B @A0A. ?euntungan memakai @A adalah sebagai berikut6
a. @A dapat melengkapi kerja steroid hirupan dalam menekan cystenil leukotriane
b. empunyai efek bronkodilator dan perlindungan terhadap bronkokonstriktor
c. Dapat diberikan per oral.
d. ontelukas hanya diberikan sekali per hari., penggunaannya aman, dan tidak
mengganggu fungsi hati. "ayangnya preparat ontelukast ini belum ada di 2ndonesia
e. ungkin juga mempunyai efek menjaga integritas epitel, yaitu dengan meningkatkan
kerja epithel gro-th factor (!$#) dan menekan transforming gro-th factor ($#)
sehingga dapat mengendalikan terjadinya fibrosis, hyperplasia, dan hipertrofi otot polos,
serta diharapkan mencegah perubahan fungsi otot polos menjadi organ pro*inflamator.
8/19/2019 Asma SK3
20/24
Edita Nurdiana Dwiputri 1102014082 FKA SK3 Respirasi
Ada preparat @A 6
1. ontelukast 'reparat ini belum ada di 2ndonesia dan harganya mahal. Dosis per oral 1
kali sehari.(respiro anak) Dosis pada anak usia *+ tahun adalah mg Phs. (gina)
. Qafirlukast 'reparat ini terdapat di 2ndonesia, digunakan untuk anak usia L < tahundengan dosis 19 mg kali sehari. @eukotrin memberikan manfaat klinis yang baik pada
berbagai tingkat keparahan asma dengan menekan produksi cystenil leukotrine. !fek
samping obat dapat mengganggu fungsi hati (meningkatkan transaminase) sehingga
perlu pemantauan fungsi hati.
P!ATA"A#SA!AA! SRA!$A! A#%T
'ada serangan asma akut yang berat 6
1. 0erikan oksigen
. Cebulasi dengan 0eta*agonis R antikolinergik dengan oksigen dengan * kali
pemberian.4. ?oreksi asidosis, dehidrasi dan gangguan elektrolit bila ada
. 0erikan steroid intra vena secara bolus, tiap *= jam
+. 0erikan aminofilin intra vena 6
a. 0ila pasien belum mendapatkan amonifilin sebelumnya, berikan aminofilin dosis a-al
mg%kg00 dalam dekstrosa atau Ca5l sebanyak 9 ml dalam 9*49 menit
b. 0ila pasien telah mendapatkan aminofilin (kurang dari jam), dosis diberikan
separuhnya.
c. 0ila mungkin kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 19*9 mcg%ml
d. "elanjutnya berikan aminofilin dosis rumatan 9,+*1 mg%kg00%jam
. 0ila terjadi perbaikan klinis, nebulasi diteruskan tiap jam hingga jam, dan pemberian
steroid dan aminofilin dapat per oral
8/19/2019 Asma SK3
21/24
+. !mfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.
1.19. 'encegahan
'encegahan meliputi pencegahan primer yaitu mencegah tersensitisasi dengan bahan yang
menyebabkan asma, pencegahan sekunder adalah mencegah yang sudah tersensitisasi untuk
tidak berkembang menjadi asma; dan pencegahan tersier adalah mencegah agar tidak terjadi
serangan % bermanifestasi klinis asma pada penderita yang sudah menderita asma.
$e2ega9a $rimer
'erkembangan respons imun jelas menunjukkan bah-a periode prenatal dan perinatal
merupakan periode untuk diintervensi dalam melakukan pencegahan primer penyakit asma.0anyak faktor terlibat dalam meningkatkan atau menurunkan sensitisasi alergen pada fetus,
tetapi pengaruh faktor*faktor tersebut sangat kompleks dan bervariasi dengan usia gestasi,
sehingga pencegahan primer -aktu ini adalah belum mungkin. Ialau penelitian ke arah itu
terus berlangsung dan menjanjikan.
$erio0e preatal
?ehamilan trimester ke dua yang sudah terbentuk cukup sel penyaji antigen (antigen
presenting cells) dan sel yang matang, merupakan saat fetus tersensisitasi alergen dengan
rute yang paling mungkin adalah melalui usus, -alau konsentrasi alergen yang dapat
penetrasi ke amnion adalah penting. ?onsentrasi alergen yang rendah lebih mungkin
menimbulkan sensitisasi daripada konsentrasi tinggi. #aktor konsentrasi alergen dan -aktu
pajanan sangat mungkin berhubungan dengan terjadinya sensitisasi atau toleransi imunologis.
'enelitian menunjukkan menghindari makanan yang bersifat alergen pada ibu hamil dengan
risiko tinggi, tidak mengurangi risiko melahirkan bayi atopi, bahkan makanan tersebut
menimbulkan efek yang tidak diharapkan pada nutrisi ibu dan fetus. "aat ini, belum ada
pencegahan primer yang dapat direkomendasikan untuk dilakukan.
$erio0e postatal
enghindari aeroelergen pada bayi dianjurkan dalam upaya menghindari sensitisasi. Akan
tetapi beberapa studi terakhir menunjukkan bah-a menghindari pajanan dengan kucing sedini
mungkin, tidak mencegah alergi; dan sebaliknya kontak sedini mungkin dengan kucing dan
anjing kenyataannya mencegah alergi lebih baik daripada menghindari binatang tersebut.
'enjelasannya sama dengan hipotesis hygiene, yang menyatakan hubungan dengan mikrobial
sedini mungkin menurunkan penyakit alergik di kemudian hari. ?ontroversi tersebut
mendatangkan pikiran bah-a strategi pencegahan primer sebaiknya didesain dapat menilai
keseimbangan sel h1dan h, sitokin dan protein*protein yang berfusi dengan alergen.
Asap rokok lingkungan (!nviromental tobacco smoke% !")
8/19/2019 Asma SK3
22/24
Edita Nurdiana Dwiputri 1102014082 FKA SK3 Respirasi
0erbagai studi dan data menunjukkan bah-a ibu perokok berdampak pada kesakitan saluran
napas ba-ah pada anaknya sampai dengan usia 4 tahun, -alau sulit untuk membedakan
kontribusi tersebut pada periode prenatal atau postnatal. erokok dalam kehamilan
berdampak pada perkembangan paru, meningkatkan frekuensi gangguan mengi nonalergi
pada bayi, tetapi mempunyai peran kecil pada terjadinya asma alergi di kemudian hari.
"ehingga jelas bah-a pajanan asap rokok lingkungan baik periode prenatal maupun postnatal(perokok pasif) mempengaruhi timbulnya gangguan% penyakit dengan mengi
$e2ega9a seku0er
"ebagaimana di jelaskan di atas bah-a pencegahan sekunder mencegah yang sudah
tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi asma. "tudi terbaru mengenai pemberian
antihitamin &*1 dalam menurunkan onset mengi pada penderita anak dermatitis atopik. "tudi
lain yang sedang berlangsung, mengenai peran imunoterapi dengan alergen spesifik untuk
menurunkan onset asma.
'engamatan pada asma kerja menunjukkan bah-a menghentikan pajanan alergen sedinimungkin pada penderita yang sudah terlanjur tersensitisasi dan sudah dengan gejala asma,
adalah lebih menghasilkan pengurangan %resolusi total dari gejala daripada jika pajanan terus
berlangsung.
$e2ega9a Tersier
"udah asma tetapi mencegah terjadinya serangan yang dapat ditimbulkan oleh berbagai jenis
pencetus. "ehingga menghindari pajanan pencetus akan memperbaiki kondisi asma dan
menurunkan kebutuhan medikasi% obat.
1.11. 'rognosis
ortalitas akibat asma sedikit nilainya. $ambaran yang paling akhir menunjukkan kurang
dari +999 kematian setiap tahun dari populasi berisiko yang berjumlah kira*kira 19 juta.
Camun, angka kematian cenderung meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas kesehatan
terbatas.
2nformasi mengenai perjalanan klinis asma mengatakan bah-a prognosis baik ditemukan
pada +9 sampai =9 persen pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan timbul pada
masa kanak*kanak. umlah anak yang menderita asma < sampai 19 tahun setelah diagnosis
pertama bervariasi dari sampai
8/19/2019 Asma SK3
23/24
. erapi 2nhalasi
.1 'rinsip ?erja
1. "etelah bayi%anak diinhalasi, lendir yang ada di paru*parunya akan mencair
. @endirnya terkadang tak bisa keluar dengan sendirinya karena lemahnyareflek%kemampuan batuk anak % bayi
4. "ehingga biasanya diperlukan tahapan fisioterapi selanjutnya. 'erkusi, vibrasi
atau dadanya dihangatkan dengan sinar infra merah bila dianggap perlu
. "etelah melanjutkan proses ini biasanya anak akan muntah. angan panik karena
muntah merupakan efek yang -ajar dari terapi inhalasi. "etelah muntah
biasanya anak akan merasa lega. "ebaliknya kalau tidak muntah orang tua tidak
perlu risau, yang penting lendir yang mengganggu napasnya sudah keluar dan
paru*paru.
+. Dan pemeriksaan dengan stetoskop akan diketahui masih ada tidaknya lendir di
paru*paru.
. 0ila sudah tidak ada berarti inhalasi berjalan efektif
. enis
1 etered*Dose 2nhaler ( D2 ), adalah brupa alat semprot yang berisi obat yang harus
dihirup dengan ukuran dosis tertentu. Diperlukan teknik yang benar untuk dapat
menggunakan D2 ini, antara lain perlu adanya koordinasi yang pas padac saat menekan
alat semprot tersebut dengan saat menghirup obatnya, sehingga untuk anak*anak kecil alat
ini mungkin akan agak sulit cara menggunakannya, kecuali jika sudah dilatih. "pacer
( alat penyambung ) akan menambah jarak alat dengan mulut, sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang, hal ini mengurangi pengendapan di orofaring
( saluran napas atas ) sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan dan mengurangi
efek sistemik. "pecer ini berupa tabung ( dapat bervolume =9 ml ) dengan panjang sekitar
19*9 cm, atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 1999 ml. 'enggunaan spacer
ini sangat menguntungkan pada anak.
Dry 'o-der 2nhaler ( D'2 ), alat berisi serbuk untuk dihisap. 'enggunaan obat hirupan
dalam bentuk bubuk kering ( D'2 ) seperti "pinhaler, Diskhaler, otahaler, urbuhaler,
!asyhaler, -isthaler, memerlukan inspirasi ( upaya menarik%enghirup napas ) yang
cukup kuat. 'ada anak yang kecil ini sulit dilakukan. 'ada anak yang lebih besar
penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena kurang memerlukan koordinasidibandingkan D2. Deposisi ( penyimpanan ) obat pada paru lebih tinggi dibandingkan
D2 dan lebih konstan, sehingga dianjurkan diberikan pada anak diatas + tahun ( anak
usia sekolah ).
4 Nebuli:er
Dari aspek teknis ada dua jenis nebulier, jet dan ultrasonik.
1 Cebulier jet6 menghasilkan aerosol dengan aliran gas kuat yang dihasilkan oleh
kompresor listrik atau gas (udara atau oksigen) yang dimampatkan.
8/19/2019 Asma SK3
24/24
Edita Nurdiana Dwiputri 1102014082 FKA SK3 Respirasi
Cebulier ultrasonik6 menggunakan tenaga listrik untuk menggetarkan lempengan
yang kemudian menggetarkan cairan di atasnya, lalu mengubahnya menjadi aerosol.
?arena berbagai faktor, nebulier jet merupakan nebulier yang paling banyak digunakan,
karena jet nebulier dapat diandalkan dan dapat menebulisasi semua jenis obat. Alat ini dapat
digunakan pada semua kasus respiratorik. 'emakaiannya hanya memerlukan sedikit upayadan koordinasi. "elanjutnya yang dimaksudkan nebulier adalah nebuliaer jet, kecuali jika
disebutkan lain.
Kolume isi adalah jumlah total cairan obat yang diisikan ke dalam labu nebulier pada tiap
kali nebulisasi. Kolume residuadalah sisa cairan dalam labu nebulier saat nebulisasi telah
dihentikan. "ebagai patokan, jika volume residul sekitar 1ml, maka diperlukan volume isi
sekitar + ml. Iaktu nebulisasi adalah -aktu sejak nebulier dinyalakan dan aerosolnya
dihirup sampai nebulier dihentikan. >ntuk bronkodilator, -aktu nebulisasi tidak lebih dari
19 menit.
Nebuli:er aka ber+ala 0ega baik bila !
1 pasien duduk tegak di kursi
bernapas dengan -ajar (biasa)
4 hindari berbicara selama nebulisasi
jaga labu nebulier tetap dalam posisi tegak
+ jika cairan obat dalam labu tinggal sedikit, dianjurkan agar menepuk*nepuk labuuntuk meningkatkan volume output aerosol