7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
1/17
1
EROSI/ ABRASI KORNEA REKUREN
I. PENDAHULUANMata bagian luar adalah bagian paling krusial dalam tubuh yang terpapar
dengan dunia luar. Struktur dan fungsi yang normal dari mata yang sehat terkait
dengan homeostasis dari keseluruhan tubuh sebagai proteksi terhadap lingkungan
yang dapat merugikan. Segmen anterior dari bola mata memberikan jalur masuk
yang jemih dan terlindungi sehingga cahaya dapat diproses melalui jalur visual
menuju susunan saraf pusat.(1)
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata
dibagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga
terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh
3 lapisan jaringan, yaitu :(2)
1. Sklera, merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk padamata. Merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang berifat transparan yang memudahkan sinar masuk
ke dalam bola mata, Kelengkungan kornea lebih besar disbanding sklera2. Jaringan uvea yang merupakan jaringan vascular. Jaringan ini terdiri atas irirs,
badan siliar, dan koroid.3. Retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan 10 lapis, yang
merupakan lapis membran neurosensoris yang akan mengubah sinar menjadi
rangsangan pada saraf optic dan diteruskan ke otak.Kornea merupakan selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya, yang menutup bola mata sebelah depan yang terdiri atas 6 lapis yaitu
epitel, membrane bowman, stroma, duas layer, membran descement serta
endotel.(3)
Radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea yang terkena,
seperti keratitis superficial dan intertisial atau profunda. Keratitis dapat
disebabkan oleh berbagai sebagai hal seperti kurangnya air mata, keracunan obat,
reaksi alergi terhadap yang diberi topical, dan reaksi terhadap konjungtivitis
menahun. Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau, dan merasa
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
2/17
2
kelilipan. Pengobatan yang dapat diberikan antibiotic, air mata buatan, dan
sikloplegik. Pengobatan dapat diberikan dengan antibiotika, air mata buatan, dan
sikloplegik.(2)
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEAKornea adalah bagian mata yang paling depan, transparan yang ukuran dan
struktumya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea tidak ada
pembuluh darah dan jaringan yang stuktumya seragam. Kornea ini disisipkan ke
dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus
scleralis. Kornea dewasa mempunyai rata-rata tebal 550 um di pusatnya(terdapat
variasi menurut ras). Diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya
10,6 mm. Dan anterior ke posterior, kornea mempunyai enam lapis yang berbeda-
beda. (2, 4, 5)
Gambar 1.Anatomi kornea(5)
Kornea mempunyai kekuatan dioptri yang besar berfungsi untuk
membiaskan atau membelokkan sinar yang masuk ke mata, sehingga dengan
sedikit pembahan kelengkungannya raja akan berdampak efek yang besar pula
untuk merubah jatuhnya sinar atau fokusnya sinar di dalam mata.(2, 4, 5)
Secara histologi kornea terdiri dari 6 lapis yaitu :
1. Epitel, tebalnya 50 um, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yangsaling tumpang tindih, satu lapis sel basal, sel poligonal,dan sel gepeng. Pada
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
3/17
3
sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel
basal berikatan serta dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di
depannya memaluli desmosom dan macula olduden, ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal
menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ectoderm
permukaan.(2,3,4,5,6)2. Lapisan Bowman, terletak di bawah membran basal epiel kornea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma. Lapis ini tidak memiliki daya regenerasi.(2,3,4,5,6)3. Stroma, terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di
bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu yang lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stuma kornea yang merupakan fibroblast terletak di antara serat
kolagen stroma.diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.(2,3,4,5,6)4. Duas Layer(3, 6)
Sebuah lapisan di kornea manusia. Tebalnya hanya 15 mikron dan terletak
antarastroma korneadanmembran Descemet.Meski tipis, lapisan ini sangat
kuat dan kedap udara. Lapisan ini mampu bertahan di bawah tekanan sebesar
dua bar. Lapisan Dua ditemukan tahun 2013 oleh Harminder S. Dua dan
rekan-rekannya di University of Nottingham.Tim tersebut sedang melakukan
penelitian terkait transplantasi mata sumbangan. Dengan simulasi bedah
kornea, mereka menyuntikkan gelembung-gelembung udara kecil ke dalam
kornea. Membran Descemet diangkat, sehingga gelembung udaranya
menyebar ke sejumlah spesimen ("gelembung tipe II"), namun tidak di
spesimen lainnya ("gelembung tipe I"). Eksperimen lebih lanjut
mengungkapkan bahwa semua spesimen bebas gelembung udara dapat
digembungkan kembali dengan gelembung tipe I. Setelah gelembungnya
http://id.wikipedia.org/wiki/Korneahttp://id.wikipedia.org/wiki/Korneahttp://id.wikipedia.org/wiki/Mikronhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mikronhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Stroma_kornea&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Stroma_kornea&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Stroma_kornea&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Membran_Descemet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Membran_Descemet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Membran_Descemet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bar_%28satuan%29http://id.wikipedia.org/wiki/Bar_%28satuan%29http://id.wikipedia.org/wiki/University_of_Nottinghamhttp://id.wikipedia.org/wiki/University_of_Nottinghamhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Membran_Descemet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Membran_Descemet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Membran_Descemet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Membran_Descemet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Membran_Descemet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/University_of_Nottinghamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bar_%28satuan%29http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Membran_Descemet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Stroma_kornea&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mikronhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kornea7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
4/17
4
digembungkan sampai meletus, tidak ada lagi gelembung yang tercipta
melalui penyuntikan, artinya gelembung tersebut terperangkap oleh lapisan
material lain, bukan variasi acak di dalam stroma kornea. Hasil eksperimen ini
dikonfirmasi melalui mikroskop elektron. Mikroskop menunjukkan adanya
lapisan tipis kolagen kornea antara stroma kornea dan membran Descemet.
Lapisan yang belum diketahui itu diberi nama sesuai nama ketua tim,
Harminder Dua, yang menyebutkan penemuan ini mengakibatkan "semua
buku teksoptalmologiharus ditulis ulang. (2,3,4,5,6)
5. Membran DescementMerupakan membran aseluler dan merupakan Batas belakang stroma
kornea, dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalanyaBersifat sangat elastic dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai
tebal 401.tm.(2,3,4,5,6)6. Endothelium, berasal clan mesotelium, berlapis 1, bertuk heksagonal, besar 20
- 40 m. Endotel- melekat pada membrane descement melalui hemidesmosom
dan sonula akiuden.(2,3,4,5,6)
Gambar 2.Lapisan Kornea(3)
http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop_elektronhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop_elektronhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kolagenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kolagenhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Optalmologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Optalmologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Optalmologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Optalmologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kolagenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop_elektron7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
5/17
5
Gambar 3.Histologi Kornea(6)
Gangguan transparansi kornea pada dasamya disebabkan oleh gangguan
pada tiga hal diantaranya:(2)
1. Tumbuhnya vaskularisasi ke dalam jaringan kornea.2. Gangguan pada integritas struktur jaringan kornea. Misalnya oleh adanya
kelainan kongenital dan herediter, infeksi kornea, ulkus kornea dan
komplikasinya.3. Edema kornea yang pada dasamya disebabkan oleh disfungsi endotel.
Perdarahan. Kornea merupakan struktur avaskular, yang dikelilingi
pembuluh darah siliaris anterior yang berada sekitar 3 mm.(2)
Persarafan. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal
dari nervus siliar longus, nervus nasosiliar, nervus ke V saraf siliar longus berjalan
suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrana bowman
melepaskan selubung schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada
kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf.(2)
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
6/17
6
III.ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGITerdapat beberapa kondisi yang dapat sebagai predisposisi terjadinya
inflamasi pada kornea seperti blefaritis, pembahan pada barrier epitel kornea (dry
eyes), penggunaan lensa kontak, lagophtalmos, gangguan neuroparalitik, trauma
dan penggunaan preparat imunosupresif topikal maupun sistemik.(7)
Kornea mendapatkan pemaparan konstan dari mikroba dan pengarah
lingkungan, oleh sebab itu untuk melindunginya kornea memiliki beberapa
mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan tersebut termasuk refleks
berkedip, fungsi antimikroba film air mats (lisosim), epitel hidrofobik yang
membentuk barrier terhadap difusi serta kemampuan epitel untuk beregenerasi
secara cepat dan lengkap.(8)
Epitel adalah merupakan barrier yang efisien terhadap masuknya
mikroorganisme ke dalam kornea. Pada saat epitel mengalami trauma, struma
yang avaskuler dan lapisan Bowman menjadi mudah untuk mengalami infeksi
dengan organisme yang bervariasi, termasuk bakteri, amoeba dan jamur.
Streptococcus pneumoniae adalah merupakan patogen kornea bakterial;
patogenpatogen yang lain membutuhkan inokulasi yang berat atau pada host yang
immunocompromised untuk dapat menghasilkan sebuah infeksi di kornea.(4, 9)
Ketika patogen telah menginvasi jaringan melalui lesi kornea superficial,
beberapa rantai kejadian tipikal akan terjadi:(8)
Lesi pada korneaPatogen akan menginvasi dan mengkolonisasi stroma korneaAntibodi akan menginfiltrasi lokasi invasi patogenHasilnya, akan tampak gambaran opasitas pada kornea dan titik invasi patogen
akan membuka lebih luas dan memberikan gambaran infiltrat korneaIritasi dari bilik mata depan dengan hipopion (umumnya berupa pus yang akan
berakumulasi pada lantai dari bilik mata depan)Patogen akan menginvestasi seluruh korneaHasilnya stroma akan mengalami atropi dan melekat pada membrana
Descement yang relatif kuat dan akan menghasilkan descematocele, yang di
mana hanya membrana Descement yang intak.
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
7/17
7
Ketika penyakit semakin progresif, perforasi dari membarana Descement
terjadi dan humor aquous akan keluar. Hal ini disebut ulkus kornea perforata
dan merupakan indikasi bagi intervensi bedah secepatnya. Pasien akan
menunjukkan gejala penurunan virus progresif dan bola mata akan menjadi
lunak.Setelah epitel kornea rusak diserang oleh agen pelaku sehingga terjadi
perubahan patologis selama perkembangan ulkus kornea yang dapat digambarkan
dalam 4 tahap, yaitu, infiltrasi, ulkus aktif, regresi dan penyembuhan kembali.
Lokalisasi patologi ulkus kornea:(5)
1. Tahap progresif infiltrasi. Hal ini ditandai dengan infiltrasi polimorfonukleardan atau limfosit ke dalam epitel dari sirkulasi perifer dilengkapi dengan sel-
sel serupa dari stroma yang mendasari jika jaringan juga terpengaruh.
Kemudian terjadi nekrosis jaringan, tergantung virulensi dari agen penyebab
dan kekuatan mekanisme pertahanan tuan rumah.2. Tahap ulserasi aktif. Hasil ulkus aktif dari nekrosis dan pengelupasan epitel,
membran bowman dan stroma juga terlibat. Dinding ulkus aktif karena
pembengkakan lamellae oleh imbibisi cairan dan membungkus massa
leukosit antara mereka. Zona infiltrasi ini dapat meluas ke jarak yang cukup
jauh, baik di sekitar dan di bawah ulkus. Pada tahap ini, sisi dan lantai ulkus
dapat menunjukkan infiltrasi abu-abu dan pengelupasan. Selama tahap ini
ulkus aktif, terjadi hiperemi jaringan pembuluh sirkumkorneal menjadi
akumulasi eksudat purulen di kornea. Disana terjadi kemacetan vaskular iris
dan copus siliaris dan beberapa derajat iritis akibat penyerapan racun dari
ulkus. Eksudasi terjadi ke dalam ruang anterior dari pembuluh iris dan corpus
siliaris dapat menyebabkan terbentuknya hipopion. Ulserasi lebih lanjut
menjadi ekstensi lateral yang mengakibatkan ulserasi difus yang dangkal atau
mungkin berkembang dengan penetrasi yang lebih dalam dari infeksi yang
mengarah ke Descemetokel dan mungkin terjadi perforasi kornea. Ketika
organisme virulen yang mengenai, akan terjadi mekanisme pertahanan tuan
rumah yang akan terancam, sehingga dapat terjadi penetrasi lebih dalam
selama tahap ulkus aktif.
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
8/17
8
3. Tahap 3. Regresi. Regresi disebabkan oleh mekanisme alami pertahanan tuanrumah (produksi antibodi humoral dan pertahanan kekebalan selular) dan
penangnan yang menambah respon host. Sebuah garis demarkasi di sekitar
ulkus, yang terdiri dari leukosit akan menetralisis dan akhirnya fagosit akan
mengenai dan nekrosis puing-puing seluler. Pencernaan bahan nekrotik
menyebabkan pembesaran awal ulkus. Proses ini bisa disetai dengan
vaskularisasi superfisial yang meningkatkan respon imun humoral dan selular.
Ulkus mulai sembuh dan epitel mulau tumbuh di tepi bagian atas.4. Tahap penyembuhan kembali. Dalam tahap ini penyembuhan berlanjut
dengan epitelisasi progresis yang menutup secara permanen. Di bawah epitel,
jaringan fibrosa yang ditetapkan sebagian oleh fibroblas kornea oleh sel
endotel pembuluh baru. Stroma mengental dan mengisi bagian bawah epitel,
mendorong permukaan epitel anterior. Tingkat jaringan parut dari
penyembuhan bervariasi . Jika ulkus sangat dangkal dan melibatkan epitel
saja, menyembuhkan tanpa meninggalkan opacity apapun di belakang. Ketika
ulkus melibatkan membran Bowman dan stroma lamellae beberapa dangkal,
bekas luka yang dihasilkan disebut nebula. Makula dan leucoma hasil setelah
penyembuhan luka yang melibatkan hingga sepertiga dan lebih dari itu
stroma kornea , masing-masing.
Gambar 4. Patologi ulkus kornea. A. Tahap perkembangan infiltrasi. B. Tahap ulkus aktif. C.
Tahap regresi. D. Tahap penyembuhan kembali(5)
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
9/17
9
IV. GAMBARAN KLINISErosi/abrasi kornea adalah kelainan mekanis yang cukup berat dan cukup
sering terjadi, menunjukkan sejumlah gejala dan tanda klinis, tetapi mudah
terlewatkan bila dokter tidak khusus mencarinya. Pasien umumnya terbangun
pada pagi hari karena rasa nyeri pada mata yang terkena. Nyeri ini menetap dan
mata menjadi merah, teriritasi, dan fotopobik. Bila pasien berusaha membuka
matanya di pagi hari, palpebranya menarik lepas epitel yang longgar,
menimbulkan nyeri dan kemerahan.(7)
Dikenal tiga jenis erosi kornea rekurens(7)
1. Erosi rekuren didapat (traumatik): Pasien umumnya melaporkanriwayat cedera kornea sebelumnya. Biasanya sifatnya unilateral, sama
seringnya pada pria maupun wanita, dan tidak ada riwayat dalam
keluarga. Erosi rekurens paling sering terjadi pada bagian sentral di
bawah pupil, tidak tergantung pada lokasi cedera kornea sebelumnya.
2. Erosi rekurens pada penyakit kornea: Setelah ulkus korneamenyembuh, epitelnya pulih kembali dan terjadi secara berulang-ulang
(seperti pada ulkus metaherpesHSV)
3. Erosi rekuren pada distrofi kornea: Erosi rekuren pada kornea dapatditemukan pada pasien dengan distrofi membran basal epitel, distrofi
lattice, dan distrofi kornea Rets-Buckler.
Erosi kornea rekurens terjadi akibat adanya defek dalam pertautanepitel
kornea dan membran basalis akibat hemidesmosom yang abnormal atau mungkin
antara membran basalis atau lapisan Bowman. Lapisan epitelnya longgar dan
mudah dipisahkan.(7)
Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak
serabut nyeri, sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea superfisialis
maupun yang sudah dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit
diperberat oleh kuman kornea bergesekan dengan palpebra. Karena kornea
berfungsi sebagai media untuk refraksi sinar dan merupakan media pembiasan
terhadap sinar yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan
mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletak sentral pada kornea. (5, 7)
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
10/17
10
Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris
yang meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang
disebabkan iritasi pada ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga
berair mata namun tidak disertai dengan pembentukan kotoran mata yang banyak
kecuali pada ulkus kornea yang purulen. KPS ini juga akan memberikan gejala
mata merah, silau, merasa kelilipan, penglihatan kabur.(7)
Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan
apakah tanda yang kita temukan merupakan proses yang masih aktif atau
merupakan kerusakan dari struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau.
Sejumlah tanda dan pemeriksaan sangat membantu dalam mendiagnosis dan
menentukan penyebab dari suatu peradangan kornea seperti: pemeriksaan sensasi
kornea, lokasi dan morfologi kelainan, pewarnaan dengan fluoresin,
neovaskularisasi, derajat defek pada epithel, lokasi dari infiltrat pada kornea,
edema kornea, keratik presipitat, dan keadaan di bilik mata depan. Tanda-tanda
yang ditemukan ini juga berguna dalam mengawasi perkembangan penyakit dan
respon terhadap pengobatan. (2)
Inflamasi pada kornea (keratitis) memiliki karakteristik yaitu edema
kornea, infiltrasi seluler, kongesti siliari. Sulit mengklasifikasikan dan
menetapkan kelompok masing-masing dari setiap kasus keratitis; terkadang yang
ditemukan tumpang tindih atau sama sehinggan cenderung mengaburkan gambar.
Namun, klasifikasi dapat disederhanakan berdasarkan etiologi dan topografi untuk
memberikan pengetahuan. Keratitis dibagi menjadi dua, yakni Keratitis ulseratif
dan keratitis non-ulseratif. Keratitis Non-ulseratif dapat dibagi menjadi dua
kelompok:(5)
1. Keratitis ulseratifUlkus kornea diklasifikasikan lebih lanjut dengan berbagai macam.
(a)Berdasarkan lokasiulkus kornea Central
ulkus kornea perifer
(b)Berdasarkan nanahulkus kornea purulen atau ulkus kornea supuratif (ulkus kornea bakteri
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
11/17
11
dan jamur paling banyak supuratif).
ulkus kornea Non-purulen (sebagian besar virus, ulkus kornea
klamidia dan alergi non-supuratif).
(c)Berdasarkan asosiasi hipopionulkus kornea Sederhana (tanpa hipopion)ulkus kornea hipopion
(d)Berdasarkan kedalaman ulkusulkus kornea superfisial
ulkus kornea profundaulkus kornea yang akan perforasiulkus kornea Perforasi
(e)Berdasarkan pembentukan sloughulkus kornea tanpa peruluhan
peluruhan ulkus kornea2. Keratitis non-ulseratif
(a)Keratitis non-ulseratif superfisialKelompok ini mencakup sejumlah kondisi etiologi yang bervariasi.
Berikut reaksi inflamasu terbatas di daerah epitel, mebran bowman dan
bagian yang dangkal dari stroma lamellae. Keratitis non ulseratif dibagi
dalam dua bentuk:
1. Keratitis difus superfisialPeradangan difus dari lapisan superfisial kornea dibagi dalam dua
bentuk, yaitu akut dan kronik.
Keratitis difus superfisal akutSebagian berasal dari infeksi, mungkin infeksistaphylococcalatau
gonococcal.
Keratitis difus superfisial kronik
Ini dapat dilihat dalam rosacea, phlyctenulosis dan biasanya
disertai pembentukan pannus.
2. Keratitis pungtata superfisialKeratitis pungtata superfisial ditandai beberapa lesi, seperti lesi
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
12/17
12
jerawat di lapisan superfisal kornea. Mungkin akibat beberapa
kondisi, identifikasi dengan (kondisi penyebab) yang mungkin atau
tidak. Beberapa tipe morfologi dari keratitis pungtata superfisial,
yaitu:
Erosi pungtata epitel (multipel erosi superfisial)Keratitis pungata epitelKeratitis pungtata subepitelKombinasi keratitis pungtata epitel dan subepitelKeratitis filamen
(b)keratitis non-ulseratif profunda.Peradangan stroma kornea dengan atau tanpa keterlibatan lapisan
posterior kornea posterior merupakan keratitis yang dalam, mungkin non-
supuratif atau supuratif.
keratitis non supuratif dalam meliputi, keratitis interstisial, keratitis,
keratitis disciform profunda dan keratitis sclerosing.
Keratitis supuratif dalam mencakup pusat abses kornea dan posterior
abses kornea, yang biasanya metastasis di alam.
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
13/17
13
Gambar 5. Jenis-jenis utama keratitis epithelial (sesuai derajat keseringan)
(7)
V. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan pada erosi/abrasi kornea adalah dengan penetesan
anestetik lokal segera meredakan gejala, dan pemulasan dengan fluoresens
menampakkan daerah yang erosi, khasnya sebuah daerah kecil di kornea sentral
bagian bawah. Erosi yang telah sembuh sering menampakkan debris subepitel.(7)
Pengobatan dengan balut tekan pada mata akan mendukung penyembuhan.
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
14/17
14
Mungkin diperlukan pengangkatan epitel kornea yang longgar secara mekanis.
Mata sebelahnya harus tetap tertutup pada sebagian besar keadaan untuk
mengurangi gerak palpebra mata yang terkena. Sebaiknya dilakukan tirah baring
selama 24 jam. Kornea ini umumnya menyembuh dalam 2-3 hari. Untuk
mencegah kekambuhan dan membantu penyembuhan selanjutnya, pasien
seharusnya memakai salep mata lunak saat tidur selama beberapa bulan. Pada
kasus yang lebih berat, perlu diberikan air mata buatan pada siang hari.
Pemakaian salep hipertonik (glukosa 40%) atau penetesan sodium chloride 5%
sering kali bermanfaat. Lensa kontak lunak untuk pengobatan, mikropunksi jarum
pada lapisan Bowman, dan keratektomi fototerapeutik laser eclinerberguna pada
beberapa kasus yang tidak berespon terhadap cara-cara yang lebih konservatif. (7)
VI. DIAGNOSISPada abrasi kornea, diagnosa dapat ditegakkan dengan melakukan
anamnesis dan pemeriksaan oftamologi yang tepat. Pada anamnesis yang
didapatkan adanya riwayat trauma tumpul dengan gejala-gejala seperti rasa nyeri
pada mata, fotopobia, rasa mengganjal, blefarospasme, pengeluaran air mata
berlebihan dan visus yang menurun. Pada pemeriksaan slit lamp adanya defek
yang terjadi pada lapisan epitel bersamaan dengan adanya edema kornea. Pada
kasus berat, dengan edema yang berat harus diperhatikan pada lapisan membran
descemen juga. Dengan tes fluoresensi, daerah defek/abrasi dapat dilihat pada
daerah yang berwarna hijau. Misalnya pada gambar berikut :(9)
Gambar 6. Abrasi kornea.(9)
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
15/17
15
VII.DIAGNOSA BANDINGAbrasi/Erosi kornea dapat di diagnosis banding dengan konjungtivitis,
iridosiklitis, dan ulkus kornea. Pada konjungtivitis terdapat gejala berupa mata
merah, bengkak, sakit, panas, gatal serta ada sekret, perbedaannya adalah pada
konjungtivitis tidak terdapat infiltrat seperti pada keratitis. (2)
Gambar 7.Konjungtivitis(7)
Pada iridosiklitis mata merah, virus juga berkurang, iris keruh, wama
kabur. kecoklatan, serta pupil miosis.3
Gambar 8.Iridiosiklitis(12)
VIII. PROGNOSISPrognosis biasanya baik jika tidak terjadi jaringan parut atau vaskularisasi
pada kornea. Bila tidak diobati, penyakit ini berlangsung 1-3 tahun dengan
meninggalkan gejala sisa. Pada pengobatan topikal umumnya dengan prognosis
yang baik. Penyembuhan pada lapisan kornea ini dapat terjadi dalam beberapa
hari. Pada abrasi yang terjadi agak dalam dapat terjadi penyembuhan dengan
jaringan sikatriks berupa nebula, makula ataupun leukoma kornea.(3,7)
7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
16/17
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Galloway NR, Amoaku. Basic Anatomy and Physiology of the Eye. In:
Common Eye Disease and their Management. Springer; 2006.p7-15.
2. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4 ed. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
3. Murphy J. More details on Dua's Layer of the Cornea. Jobson Medical
Information LLC; 2013 [updated 2013; cited 2014 May 05]; Available
from:http://www.revoptom.com.
4. Riordan-Eva P. Anatomy & Embryology of the Eye. In: Riordan-Eva P,
Whitcher JP, editors. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology.
Connectitut: McGraw-Hill; 2004.
5. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New
Age International; 2007.p100-137.
6. Smallman E. Dua Layer: Previously undetected part of the eye spotted for
first time. Metro News; 2013 [updated 2013; cited 2014 May 02];
Available from: http://metro.co.uk/2013/06/13/dua-layer-previously-
undetected-part-of-the-eye-spotted-for-first-time-3840767/.
7. Biswell R. Cornea. In: Riordan-Eva P, Whitcher JP, editors. Vaughan &
Asbury's General Ophthalmology. Connectitut: McGraw-Hill; 2004.
8. Lang GK. Cornea. In: Lang GK, editor. Ophthalmology A Pocket
Textbook Atlas. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2007.p.115-160
9. Verma A. Corneal Abrasion. Roy H, editor. Maret, 2013. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/1195402.
10. Ophthalmology Academy of Ophthalmology. Clinical Approach to
Immune-Related Disorder of the External Eye. In: Ophthalmology
Academy of Ophthalmology, editor. Basic and Clinical Science Cources:
External Disease and Cornea. Singapore: Lifelong Education
Ophthalmologist; 2011-2012.
11. Mills TJ. Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis. Emedicine
Medscape; 2013 [updated 2013; cited 2014 May 4]; Available from:
http://www.revoptom.com/http://www.revoptom.com/http://www.revoptom.com/http://metro.co.uk/2013/06/13/dua-layer-previously-undetected-part-of-the-eye-spotted-for-first-time-3840767/http://metro.co.uk/2013/06/13/dua-layer-previously-undetected-part-of-the-eye-spotted-for-first-time-3840767/http://metro.co.uk/2013/06/13/dua-layer-previously-undetected-part-of-the-eye-spotted-for-first-time-3840767/http://emedicine.medscape.com/article/1195402http://emedicine.medscape.com/article/1195402http://emedicine.medscape.com/article/1195402http://metro.co.uk/2013/06/13/dua-layer-previously-undetected-part-of-the-eye-spotted-for-first-time-3840767/http://metro.co.uk/2013/06/13/dua-layer-previously-undetected-part-of-the-eye-spotted-for-first-time-3840767/http://www.revoptom.com/7/13/2019 EROSI KORNEA REKUREN
17/17
17
http://emedicine.medscape.com/article/798100-overview.
12. Ming ALS, Constable IJ. Color Atlas of Ophthalmology. 3rd ed.: World
Science; 2006.p.63
http://emedicine.medscape.com/article/798100-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/798100-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/798100-overview